Di era yang serba cepat ini, belajar agama dan etika, atau yang sering kita kenal dengan budi pekerti, menjadi sangat krusial dalam membentuk karakter generasi muda. Pendidikan ini bukan hanya tentang pemahaman doktrin keagamaan, melainkan juga tentang bagaimana nilai-nilai luhur dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, menuntun siswa menjadi pribadi yang berintegritas, toleran, dan peduli terhadap sesama. Fondasi moral yang kuat adalah bekal penting untuk masa depan mereka.
Melalui proses belajar agama, siswa diajarkan untuk memahami nilai-nilai universal seperti kejujuran, kasih sayang, kesabaran, dan tanggung jawab. Materi pelajaran tidak hanya disampaikan secara teoretis, tetapi juga melalui diskusi interaktif, studi kasus, dan simulasi yang relevan dengan kehidupan remaja. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk merenungkan makna nilai-nilai tersebut dan mendorong mereka untuk mempraktikkannya dalam berbagai situasi.
Selain di lingkungan sekolah formal, penguatan budi pekerti juga didukung oleh berbagai kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Misalnya, kegiatan kerohanian, bakti sosial, atau proyek-proyek kepedulian lingkungan yang berbasis nilai-nilai agama. Ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar agama dalam konteks yang lebih luas, merasakan langsung dampak positif dari perbuatan baik, dan membangun empati terhadap orang lain. Lingkungan sekolah yang kondusif, menjunjung tinggi toleransi, dan memberikan teladan positif dari seluruh elemen sekolah juga sangat berperan.
Sebagai contoh konkret, pada hari Rabu, 15 Mei 2025, SMP Negeri 5 Yogyakarta mengadakan program “Pekan Karakter Islami” yang diikuti oleh 400 siswa dan 30 guru. Kegiatan ini mencakup diskusi tentang etika bermedia sosial, lokakarya kepemimpinan berbasis nilai, dan kunjungan ke panti asuhan sebagai bagian dari aplikasi nilai kepedulian. Menurut Bapak Ardi Susanto, Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Yogyakarta, yang disampaikan kepada tim pendata pada pukul 14.00 WIB, program ini sangat efektif dalam menumbuhkan budi pekerti dan belajar agama secara praktis. Bahkan, perwakilan dari Polsek setempat, Aiptu Susi Wulandari, turut hadir dan mengapresiasi upaya sekolah dalam pembentukan karakter positif pada siswa.
Dengan demikian, belajar agama dan budi pekerti adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki hati nurani yang peka, moral yang kuat, dan siap menjadi agen perubahan positif di masyarakat.