Jauh di pedalaman Papua Selatan, hiduplah sebuah komunitas yang memegang teguh warisan leluhur mereka: Suku Asmat. Dikenal sebagai pengukir kayu ulung, setiap pahatan mereka bukan sekadar seni, melainkan manifestasi dari makna spiritual yang mendalam. Mereka adalah penjaga tradisi yang tak lekang oleh waktu, memukau dunia dengan karya-karya uniknya.
Kehidupan Suku Asmat sangat erat kaitannya dengan alam, terutama hutan. Kayu adalah media utama ekspresi mereka. Setiap pohon yang ditebang untuk diukir dipilih dengan hati-hati, melalui ritual khusus, sebagai bentuk penghormatan terhadap roh pohon yang akan dijadikan karya seni.
Ukiran Asmat dikenal karena detailnya yang rumit dan pola-pola abstrak. Bentuk manusia, binatang, dan simbol-simbol alam seringkali muncul, namun selalu dengan sentuhan khas Asmat. Ini bukan hanya representasi visual, melainkan juga narasi tentang kehidupan, kematian, dan hubungan dengan dunia roh.
Salah satu bentuk ukiran paling ikonik adalah patung Bis (tiang arwah). Patung ini diukir dari satu batang pohon utuh, seringkali mencapai ketinggian beberapa meter. Bis dibuat untuk menghormati leluhur yang meninggal dalam pertempuran, menjadi jembatan antara dunia hidup dan dunia arwah.
Selain Bis, terdapat juga perisai (tameng) yang diukir dengan motif-motif pelindung. Ukiran perahu (perahu arwah) pun dibuat untuk mengantar roh orang meninggal. Setiap karya memiliki fungsi ritual dan nilai spiritual yang tinggi, bukan hanya estetika.
Pengukir kayu ulung dari Suku Asmat mewarisi keahlian ini secara turun-temurun. Sejak usia dini, anak-anak sudah diajarkan cara memegang pahat dan memahami filosofi di balik setiap ukiran. Ini adalah bagian tak terpisahkan dari pendidikan budaya mereka.
Proses pengukiran bisa memakan waktu berbulan-bulan, tergantung pada ukuran dan kerumitan desain. Para pengukir bekerja dengan ketelitian tinggi, didorong oleh keyakinan bahwa setiap pahatan akan menghidupkan roh dan energi pada karya tersebut.
Pameran seni internasional sering menampilkan karya-karya Asmat, menarik perhatian kolektor dan pecinta seni dunia. Namun, bagi masyarakat Asmat sendiri, nilai utama ukiran ini terletak pada makna spiritual tinggi yang terkandung di dalamnya, bukan semata nilai komersial.